Rabu, 09 Maret 2011

Tayuban

TAYUBAN  SIMBOL STRATA SOSIAL DALAM BUDAYA MENAK PRIYAYI GARUT
Oleh : Gugun Gunawan
Pada masa lalu, di kalangan pejabat daerah, baik bupati, kepala desa, maupun kaum intelektual menayub merupakan lambang status kepriayian. Kata Tayub berasal dari basa jawa yang artinya kesugemanan atau kalangenan, maka Ibing Tayub disebut juga Ibing Kalangenan.
Seni
Tayub (Ibing Sunda) pertama kali ada di daerah Jawa kulon yaitu daerah priangan. Dalam penelitian dari mulai abad-19 kira-kira tahun 1836 sudah ada pagelaran Seni Tayuban di tiap keraton atau di tiap Kabupaten. Seni Tayub digelar dalam acara pesta kenegaraan dan ada pula pada cara selamatan seperti pernikahan atau khinatan anak. Tayuban di gelar mulai dari tingkat kabupaten hingga ketingkat kelurahan, sedangkan yang ikut serta dalam kegiatan Tayuban kebanyakan orang-orang priyayi atau para menak atau juga inohong-inohong dan para saudagar-saudagar kaya.Tempat yang digunakan pada jaman dulu yaitu di pendopo-pendopo kabupaten ada juga di tempat terbuka di panggung (balandongan).
Dalam pelaksanaan Ibing Tayub biasanya bergantian seorang-seorang tetapi ada pula yang ikut serta di sampingnya yang disebut mairan (ngamair). Berdasarkan pengamatan dan yang dialami oleh para penggemar Nayub bahwa Tayuban atau Ibing Tayub bisa disebut juga tari pergaulan karena merupakan salah satu alat dalam pergaulan di kalangan masyarakat
Begitu pula dikabupaten Garut seni tayub menjadi sebuah simbol strata sosial yang sangat kental dengan kaum priyayi/ gegeden, dari mulai bupati, residen dan bahkan sampat tingkat lurah harus dapat menari tayub. Raden Aria Adipati Suria Karta Legawa. tokoh priyayi  Garut yang menyenangi acara ini bahkan ditahun 1920 salah satu acaranya dibadikan dalam sebuah prangko surat dengan judul Nayoeban.
Pada dasarnya Tayub merupakan kalangenan dan tidak ada patokan khusus dalam menarikannya, gerak spontanitas menjadi sangat dominan dalam penyajiannya. Bupati Garut Kanjeng Wiratanudatar senang ngigel lungguh dalam lagu Sentrongmaja. lama-kelamaan tayuban keluar dari lingkaran elit, menjadi kesenian pergaulan di lingkungan rakyat, tari ini tidak lagi terjaga dan tidak dapat menunjukkan keutamaan, melainkan menjadi seni yang bersifat kasar. Penayub, atau juga disebut tukang nayub, bisa dipanggil untuk meramaikan pesta. Kata tayub berasal dari kata sayub atau minuman beralkohol. Penayub minum tuak dulu agar bersemangat menari. Tayuban sering berakhir dengan mabuk-mabuk.
Baru setelah ada penertiban dari para tokoh tayub seperti R Gandakusumah dengan sebutan Aom Doyot, Camat dari Lewiliang, Ibing Tayub Sunda di lemesan. Antara lain, penari temenang mabok, Juru kawih (sinden) harus duduk, juru tari (ronggeng) dikhususkan dan minuman yang memabukan temenang disadiaken, penertiban ini pun sampai di kabupaten garut. Namun sekitar tahun 1963 ternyata minuman keras masih dihidangkan karena merupakan penghormatan kepada para penayub. Seiring dengan perkembangan tari wayang, Perkembangan tayub didaerah garut pun lebih cenderung pada Gaya tari wayang yaitu bentuk tangan yang selalu mungkur seperti bentuk tangan wayang golek serta bentuk iringan yang dinamis seperti pola iringan wayang golek. Adapun beberapa tokoh yang dapat dicatat pada periode ini seperti Bapak Amar seorang dalang bintang, R. Barnas Somawijaya Bapak Kayat dll.
Secara umum Struktur Penyajian Tayub hampir sama di tiap daerah yaitu :
1.      Jurubaksa dengan didampingi juru tari (ronggeng) memberikan baksa kepada
tamu undangan (para penari) dengan alat Bantu karembong di atas baki, dengan piringan macan Ucul. Adapun pembagian baksa berurutan dari yang paling tua sampai yang paling muda atau sesuai dengan pangkat atau golongannya. Begitu pula juru soder tidak boleh sembarangan, harus sesuai dengan level atau tingkatan orang yang akan diberi soder.
2.      Jurubaksa ada beberapa tingkatan, biasanya meneyediakan tiga tingkatan juru baksa atau dua tingkatan.
a.       Jurubaksa untuk golongan priyayi atau menak serta para saudagar.
b.      Jurubaksa untuk masyarakat biasa baik untuk kaum tua dan kaum muda.
3.      Orang yang telah menerima soder dari juru baksa biasanya mendekati tukang gendang (jurugendang) untuk meminta lagu yang diminatinya dan langsung membelakang panayagan dengan selendang berada di puncak sampai selesai menari
4.      Yang tidak senang menari cukup berdiri atau diwakilkan kepada orang lain tetapi tetap memberi uang kepada juru tari dan panayagan (masak dalam basa Sunda)
5.      Untuk yang ikut mairan diatur oleh juru baksa dengan memberikan minuman (pada jaman dulu minuman keras)
6.      Tingkatan para pemair baik usia maupun levelnya disesuaikan dengan orang yang punya soder dan banyaknya pemair dibatasi paling banyak tiga orang.
7.      Posisi pemair waktu akan ikut mairan ada di depan orang yang punya soder dengan adegan hormat (rengkuh kedua tangan ke depan dan kedua jempol didekatkan).
8.      Gerakan menari pemain tidak boleh melebihi yang punya soder kecuali diberi kesempatan pada lagu (tanda tarik) seperti lagu kembang jarak atau dermayon, juru tari pada awalnya ada dihadapan orang yang punya soder.
9.      Selesai menari para penari duduk kembali ke tempat duduk semula dan soder tetap dipakai sampai ke tempat duduk (maksudnya agar juru tari tidak usah ragu kepada siapa mengambil uang dan soder dibawa oleh juru tari disimpan ke tempat semula di atas baki)
10. Juru tari mengambil uang dengan pirigan lagu asal tadi waktu menari kulu-kulu
11. Lagu-lagu dalam tayuban disesuaikan dengan kegemarannya gerakan tari sederhana tidak ada patokan, kecuali setelah ada perkembangan
12. Berdasarkan penelitian sekitar tahun 1918 para inohong topeng Cirebon diantaranya Bapak Wentarm dan BapakKoncer seperti diceritakan oleh Bapak R. Tjetje Somantri pada buku Budaya, para inohong topeng telah ada di Bandung (Jawa Kulon) untuk mengembangkan tari Topeng (ngamen). Pada kesempatan itu banyak para priyayi yang memanfaatkan tariTopeng untuk melengkapi tari Tayub menjadi tari Keureusan (Ibing Keureus) seperti lenyepan.


Daftar Sumber dan Bacaan
Berbagai  Nara Sumber

Share/Bookmark

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

http://iwanfalsmania.blogspot.com

Daftar Wacana